11 Februari 2012

Only U

Written by symla
 Only U *part 1*

Author: Syamila HA
Main Cast: Yesung, Je Sun (Ocs)
Support Cast: Hye Sun, Hyun Ri, Ryeowook, Taemin.
Rating: G
Genre: Friendship.




-Je Sun POV-
Lamunanku terbuyar ketika melihat seorang namja dan…ahjumma di depannya. Ahjumma itu terlihat seperti kebingungan mencari sesuatu.
Siapa namja itu? Aku tidak pernah melihatnya. Dia memakai seragam sekolah kami. Apakah dia murid baru?

Dia berjalan ke arah kelas kami! Aku menggoyang pelan tubuh Hyun Ri—teman sebangku ku. “yak, Hyunie. Sepertinya kita akan kedatangan murid baru,” sebisa mungkin kupelankan suaraku. aku takut Ibu Ha In—guru yang killer itu mendengar omonganku dan menyuruhku mengerjakan soal ke depan, dan aku sama sekali tidak mengerti apa yang dia ajarkan daritadi-_-

“hmmm…” Hyun Ri yang sedang mencoret – coret kertas, tidak sedikit pun menoleh kepadaku “lalu kenapa Je Sun-a? kau tertarik dengannya?” Hyun Ri melirik ke arahku menggoda.
“aniyo! Siapa bilang aku tertarik dengannya? Aku hanya mau memberitahu kamu saja. Karena daritadi kamu hanya mencoret – coret tidak jelas begitu,” aku mencondongkan bandanku mendekat ke Hyun Ri, untuk melihat apa yang dia coret daritadi. Tapi sesegera mungkin dia menarik kertasnya agar tidak terlihat olehku.
“kau coret – coret apa sih daritadi?” tanyaku heran.
“kau mau tahu?”


Aku menganggukkan kepalaku cepat.

“nanti sajalah. Aku tidak mau disuruh mengerjakan soal kedepan hanya gara – gara kau,” Hyun Ri merapikan posisi duduknya menghadap ke papan tulis, seolah – olah dia sedang serius memperhatikan pelajaran di depan. Aku mengangkat tangangku sudah siap ingin memukulnya, tapi secepat mungkin aku mengurunkan niatku saat menyadari sepasang mata melotot kepadaku. Aku menundukkan kepalaku, berpura – pura mencatat sesuatu.

‘andwae! Ibu, jebal jangan suruh aku untuk mengerjakan soal di depan. Aku tidak tahu apapun,’

Untung keberuntungan masih berpihak kepadaku pagi ini. Ibu Ha In tidak menegurku ataupun menyuruhku mengerjakan soal kedepan.

“yaahh sayang sekali dia tidak masuk kelas kita,” salah satu temanku yang termasuk anak yang ‘centil’—Jung Ah, mendesah kecewa. Sepertinya dia juga sudah menyadari kehadiran murid baru tersebut. Teman – teman yang lain juga sudah berbisik – bisik ribut.

Aku menaruh kepalaku di atas meja. Segitu kecewanya kah Jung Ah karena murid baru itu tidak masuk kelas kami? Aku biasa saja malah. Bukannya tidak mau mendapat teman baru lagi, tapi ya.. ah aku sulit menjelaskannya.

“hyaaa ini dia! Benarkan Jong Woon-ah?”

Teriakan seorang ahjumma terdengar dari luar kelas. Aku mengangkat kepalaku dari atas meja. Mengintip – intip ke arah jendela. Siapa ahjumma aneh yang berteriak itu? Kenapa dia seenaknya berteriak di luar? Apa dia tidak sadar kalau kami sedang belajar?

Dan..hei tunggu. Siapa itu Jong Woon? Rasanya aku belum pernah mendengar namanya. Apakah Jong Woon nama murid baru itu?

 Ibu Ha In yang juga mendengar teriakan ahjumma itu berjalan ke luar kelas. Terlihat dia berbincang – bincang dengan ahjumma berambut pendek keriting ikal, yang lebih pendek dari bu Ha In. mungkin itu ahjumma yang berteriak tadi. Beberapa lama kemudian bu Ha In kembali ke masuk ke kelas.

Tapi…. Ya! Ya! Cowok itu ikut mengekor di belakang ibu Ha In masuk ke kelas.
Hah ternyata dia masuk kelas kami, dia salah kelas ya tadi? Apa dia tidak dibilang dari awal dia kelas mana, atau dia dan ummanya tidak bisa mencari kelasnya padahal di depan kelas sudah dipasang nama kelas.

“baiklah anak – anak, kita kedatangan teman baru. Kalian baik – baik ya sama dia. Ayo perkenalkan dirimu,” kata ibu Ha In sambil tersenyum manis, cih di depan murid baru saja sok – sok jaga image.

“annyeong haseyo” sapa namja itu sambil menunjukkan senyumnya, matanya yang sipit makin tidak terlihat ketika dia tersenyum, “Kim Jong Woon imnida. Tapi kalian bisa memanggilku Yesung,”
Jong Woon..Yesung.. aku membelalakkan mataku. Jauh sekali dari Jong Woon ke Yesung. Kenapa dia tidak mau memakai nama Jong Woon saja? Padahal itu kan lebih bagus. Aneh.

***

-Yesung POV-

Aku mengikuti umma ku berjalan ke arah kelasku yang baru. Hah rasanya membosankan pindah – pindah sekolah seperti ini. Harus berbaur dengan teman – teman baru. Padahal aku sudah PW dengan sekolahku yang dulu. Kalau bukan karena pekerjaan appa, aku malas pindah sekolah. Tapi, mungkin ini terakhir kalinya aku pindah sekolah. Umma mengatakan padaku kalau kami akan menetap di Seoul. Haah rasanya aku bersyukur sekali, tidak usah pindah – pindah sekolah—lagi.

Aku tersadar dari lamunanku, ketika umma berhenti di depan kelas.
Seorang guru separuh baya keluar dari kelas tersebut. Tersenyum kepadaku dan umma. Aku membalas senyumannya dan langsung menoleh ke arah lain.
Mataku tertuju ke papan yang ada di atas pintu kelas.

 Class XI-2

Aku mengerutkan dahiku. Seingatku, bukan ini kelas ini yang disebutkan oleh Ibu kepala sekolah tadi. Baru saja aku mau bilang kepada umma kalau kami salah kelas, kulihat umma membungkuk minta maaf kepada guru di depan kami. Sepertinya dia sudah sadar kalau kami salah kelas.

“mianhammnida Bu Guru, kami salah kelas ternyata, hehe”

Aish umma, sudah salah masih cengengesan lagi. Memalukan saja, untung aku belum masuk ke dalam kelas itu.

PLETAKK

“aw!” aku meringis kesakitan sambil mengelus kepalaku. Sakit. Kenapa Umma tiba - tiba memukulku.
“appo umma! Wae?”
“kau kenapa tidak bilang kalau kelasmu bukan itu!”
“kenapa umma menyalahkanku? Jelas – jelas tadi ibu kepala sekolah tadi bilang kalau aku masuk ke kelas XI-3. Umma saja yang sudah pelupa. Untung aku belum masuk ke kelas itu,” dia yang salah kenapa aku yang disalahkan?

Memang umma orangnya tidak mau mengalah. Dengan cepat dia membalas perkataanku. Telunjuknya mengarah ke depan wajahku yang tampan, “nah itu salahmu Jong Woon-ah. Kenapa kau tidak memberitahu umma mu yang pelupa ini?” umma sengaja memberikan penekanan saat mengucapkan ‘pelupa’.

Kenapa salahku? Padahal aku daritadi cuma mengikuti umma dari belakang, “ck terserah umma sajalah,” aku mendesah pelan, kalau sudah begini lebih baik aku mengalah. Perang mulut dengan umma tidak akan pernah ada habisnya.

“hyaaa ini dia! Benarkan Jong Woon-ah?” umma berbalik dan berteriak tepat di depanku. Tangannya menunjuk ke papan atas kelas. Mataku  mengikuti arah tangan umma.

Class XI-3

Fuh.. Sepertinya kita memang tidak salah kelas—lagi. “hmm XI-3 ini baru kelasku umma,”
Guru yang sedang mengajar di kelas itu, mungkin terganggu dengan teriakan umma, keluar menghampiri kami berdua. Kedua matanya mengawasi kami. Sepertinya guru satu ini galak.

“maaf. Ada perlu apa?” Tanyanya datar.
 “ini benar kelas XI-3?” umma malah balik bertanya.
“iya. Ada apa?”
“anakku, Kim Jong Woon akan belajar disini,”
“oh kau murid baru?” guru itu mengalihkan pandangannya ke arahku,
“ne, sonsaengnim,”
“kau mau masuk sekarang kan? Ayo masuk,”
‘aniyo saem. Aku masih mau di rumah bermain dengan kura – kuraku’ batinku kesal. Kalau aku tidak masuk sekarang, untuk apa aku memutari sekolah ini hanya untuk mencari dimana kelasku yang baru ini.

***

-Author POV-

“baik lah, kau bisa duduk di samping Taemin,” Ibu Ha In menunjuk kursi kosong yang letaknya di barisan kedua dari depan.
“ne, kamsahamnida,”

Yesung berjalan pelan ke bangku kursi yang ditunjuk oleh Bu Ha In. disebelahnya duduk seorang namja tersenyum lebar kepada Yesung. “annyeong Taemin-ssi. bangapseumnida”

“annyeong Yesung. Bangapseumnida. Semoga betah ya disini. Kalau ada yang perlu ditanyakan, tanyakan saja. Tidak usah malu – malu,”
“ne,” Yesung hanya tersenyum melihat Taemin.

***

Je Sun terlihat hati – hati membawa setumpuk buku di gendongannya(?) yang menutupi sebagian penglihatannya ke depan. Sial, kenapa harus aku yang membawa buku – buku ini ke perpustakaan? Kenapa tidak menyuruh anak cowok saja sih? Umpat Je Sun kesal. Saat itu dari arah depan, seorang namja berlari kencang, sambil sesekali melihat ke belakang seolah dia sedang dikejar sesuatu.
Sepertinya namja itu tidak sadar kalau dari arah depannya ada yeoja yang sedang membawa banyak buku.

Namja itu masih berlari kencang…..

Je Sun juga masih berjalan pelan membawa buku – bukunya…

Dan….

BRUUKK

Mereka berdua tertabrak.

Buku  yang banyak dan tebal itu berserakan di lantai.

Krik. Hening….

 “aigo bukuku!” Je Sun yang sadar kalau bukunya sudah berserakan di lantai berteriak kencang. Dia mengangkat kepalanya dan mendelik tajam ke arah namja di depannya yang masih meringis kesakitan.
“omo! jeongmal mianhaeyo… aku ingin membantumu, tapi aku harus segera pergi dari sini” katanya cepat kemudian langsung berdiri.
“yak! Kembali! Kau masih punya urusan denganku!” teriak Je Sun sambil menunjuk – nunjuk punggung namja itu yang terus menjauh.
“kurang ajar! Awas saja kalau aku bertemu dengan dia lagi. Aissh menyebalkan!” gerutu Je Sun sambil memunguti bukunya yang sudah berhamburan di lantai.

Sepanjang perjalanannya ke perpustakaan tidak henti – hentinya dia mengutuki namja yang tadi menabraknya di koridor.

Chamkkaman. Sepertinya aku pernah melihat namja tadi. Tapi dimana ya? Sudahlah, yang penting kalau aku bertemu dengannya lagi….lihat saja, jangan harap dia bisa melihat matahari terbit besok pagi.

***

Je Sun menarik kursi dengan kasar ke dekat meja Hye Sun. lalu duduk di depannya sambil memangku wajahnya dengan siku. Hyun ri dan Ryeowook menghentikan obrolan mereka, dan melihat satu sama lain. Seakan – akan  bertanya, ada apa dengan Je Sun?

“waeyo Je Sun-ah?” Hyesun bertanya heran dan menghentikan kegiatan menggambarnya.
“aku sedang marah. Jangan Tanya,” jawabnya datar.
“ada apa sih Sun-ah? Datang – datang langsung marah – marah baegitu,”
dia menolehkan kepalanya ke ryeowook, “kan sudah kubilang, aku sedang marah,” ryeowook yang sudah tahu tabiat sahabatnya itu kalau sedang badmood memilih diam.

Tapi Hyun Ri tidak sabaran melihat tingkahnya, langsung sedikit emosi. “kau kenapa sih? Selalu deh kalau ada masalah pasti jarang menceritakannya pada kami,” kata Hyun Ri tajam.

Je Sun yang akhirnya tidak tahan lagi didesak oleh sahabat – sahabatnya itu memilih cerita saja. Dia menceritakan saaat dia ditabrak oleh pria yang tidak bertanggung jawab tadi di koridor.
“dia bahkan tidak memunguti buku – bukuku! Dan langsung kabur begitu saja!” ceritanya emosi sambil memukul – mukul meja kesal.

Ketiga sahabatnya manggut – manggut mengerti.

“ne arraso arraso. jadi karena itu? Tapi dia minta maaf tidak?”

Je Sun terlihat menundukkan kepalanya berfikir, “heem iya dia sudah minta maaf sih,” bisiknya.
Hyesun melanjutkan menggambar dan berbicara pelan tapi pasti, “sudahlah lupakan saja. Dia juga kan mau membantumu, tapi mungkin dia sedang ada urusan jadi harus cepat – cepat pergi. Jangan marah – marah lagi Sun-a~” jelas hyesun sambil tersenyum kepadanya. Je Sun mendelik heran, sejak kapan dia bisa menasehatiku seperti ini? Tumben dia bisa setenang ini. Apa komik serial yang ditunggunya sudah keluar? Batin Je Sun.
Je Sun hanya bisa mengehela nafas, menyenderkan badannya di kursi. “ne~ ara” jawabnya pendek.

***

-Je Sun POV-

Haaah rasanya tenang sekali. Dikelilingi sahabat – sahabat yang baik seperti mereka. Aku tersenyum kecil melihat sahabatku—Hyun Ri dan Ryeowook tertawa. Mataku berhenti pada Hyesun.  Dari aku masuk kelas tadi sepertinya dia asyik dengan menggambar. Dia gambar apasih?

Aku mengintip kertas yang sedang ditekuni oleh hyesun. “kamu menggambar apa Hye? Kelihatannya asyik banget,” tanyaku.
“hyesun sedang melanjutkan komiknya,”  jawab Hyun Ri. Aku mengernyit. Sedikit tidak mengerti perkataan Hyun ri. Apa yang dia katakan? Hyesun melanjutkan komiknya? Kenapa aku tidak tahu menahu kalau hyesun ada project membuat komik.

Hyun Ri yang sudah tahu seperti apa pertanyaan yang akan kulontaarkan kepadanya langsung menyahut cepat, “yak! Jangan bilang kau tidak tahu kalau hyesun sedang dalam proses membuat komik?”

Aku menggelengkan pelan kepalaku. Memasang tampang polos sebisa mungkin.
“jinja? Kau tidak tahu? Ck sahabat macam apa kau Park Je Sun?” tambah Ryeowook. Bibirnya mengerucut kesal, lucu sekali. Aku tahu pasti dia bercanda dengan kata – katanya barusan.
“hmm yang pasti aku sahabat yang baik, Wookie,” aku tersenyum padanya, menopang daguku dengan tangan. Menatap ryeowook dengan tatapan evilku.
“hentikan Je sun. aku sedang tidak ingin berdebat denganmu,” dia melipat tangannya di depan dada. Seperti anak kecil yang sedang mengambek tidak ingin sesuatu. aku tekekeh melihat tingkah laku ryeowook. Kadang dia masih bertingkah seperti anak kecil. “kau lucu sekali wookie,”
“wae? Kau baru tahu? Kemana saja?”
“molla... aku kan baru masuk kelas tadi. Hahahaha,” aku tertawa lepas sambil menepuk – nepuk pundak ryeowook.
“bisa berhenti tertawa? Dan tolong pinggirkan kursimu itu. Aku tidak bisa lewat. kau menutupi jalan,” suara berat seorang namja menghentikan tawaku.

Dengan reflek aku menoleh kesal kearah namja itu, “memangnya kau tidak bisa lewa— ”
Emosiku langsung naik ketika melihat siapa namja yang berada di sampingku. Rasanya aku ingin segera melayangkan kursiku ke mukanya saat itu juga.

======== ToBeContinued =======

kyahahahaha akhirnya ini ff di publish juga. part 2 nya ditunggu aja, masih dalam proses XD

Syamila H. Anandita

0 komentar:

 

Dream Girl Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review